Analisis Hasil Asesmen Sumatif Akhir Semester (ASAS) Semester Ganjil Tahun Ajaran 2025-2026 di MTs Muslimin Bojongpicung

Ali Mursyid
Oleh -
0

Admin - Asesmen Sumatif Akhir Semester (ASAS) merupakan instrumen evaluasi pembelajaran yang memiliki peran strategis dalam mengukur ketercapaian kompetensi peserta didik secara komprehensif pada akhir tahun ajaran. ASAS tidak hanya berfungsi sebagai alat ukur capaian kognitif, tetapi juga sebagai refleksi efektivitas proses pembelajaran lintas mata pelajaran yang memiliki karakteristik kompetensi berbeda, baik keagamaan, umum, maupun keterampilan, terkhusus di MTs Muslimin Bojongpicung.

Perbedaan karakteristik mata pelajaran menuntut adanya pendekatan pembelajaran dan asesmen yang beragam, sehingga capaian hasil belajar antarmata pelajaran menjadi indikator penting dalam menilai keselarasan antara tujuan pembelajaran, proses, dan evaluasi. Oleh karena itu, analisis deskriptif terhadap rata-rata nilai ASAS berdasarkan mata pelajaran dan jenjang kelas menjadi relevan untuk memberikan gambaran utuh tentang mutu pembelajaran di madrasah.

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis capaian rata-rata nilai ASAS Semester Ganjil Tahun Ajaran 2025–2026 pada siswa Kelas VII, VIII, dan IX MTs Muslimin Bojongpicung berdasarkan mata pelajaran, serta mengkaji kecenderungan capaian hasil belajar sebagai dasar refleksi dan perbaikan pembelajaran.

Grafik Rata-rata Nilai Asesmen Sumatif Akhir Semester Ganjil Kelas VII

Berdasarkan grafik rata-rata nilai Asesmen Sumatif Akhir Semester (ASAS) Semester Ganjil Tahun Ajaran 2025–2026 Kelas VII MTs Muslimin Bojongpicung, terlihat adanya variasi capaian hasil belajar antar mata pelajaran yang berada dalam rentang nilai 76,51 hingga 87,78. Secara umum, rentang tersebut menunjukkan bahwa capaian akademik peserta didik telah memenuhi standar ketuntasan yang diharapkan, dengan distribusi nilai yang relatif merata dan tanpa adanya perbedaan ekstrem antar mata pelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran dan asesmen telah berjalan secara proporsional serta mampu mengakomodasi karakteristik kompetensi setiap mata pelajaran.

Pada kelompok mata pelajaran keagamaan, yaitu Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab, rata-rata nilai menunjukkan kecenderungan stabil pada kategori baik. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mencatat capaian tertinggi dalam kelompok ini, yang dapat diinterpretasikan sebagai keberhasilan pembelajaran berbasis naratif dan kontekstual historis. Sebaliknya, Bahasa Arab memperoleh rata-rata yang relatif lebih rendah dibandingkan mapel keagamaan lainnya, yang mengindikasikan adanya tantangan pada aspek kebahasaan, khususnya penguasaan struktur gramatikal dan keterampilan produktif siswa. Temuan ini sejalan dengan karakteristik Bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang menuntut integrasi antara aspek kognitif, linguistik, dan praktik berkelanjutan.

Pada mata pelajaran umum inti, yakni Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Bahasa Inggris, terlihat adanya fluktuasi capaian yang lebih variatif. Bahasa Indonesia dan Matematika menunjukkan capaian rata-rata yang relatif tinggi, yang mengindikasikan bahwa kemampuan literasi dan numerasi siswa berada pada tingkat yang cukup baik. Namun demikian, Pendidikan Pancasila dan Ilmu Pengetahuan Alam berada pada rata-rata yang lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lain dalam kelompok ini. Hal tersebut dapat dimaknai sebagai indikasi bahwa pembelajaran berbasis konsep abstrak, penalaran, serta pemahaman nilai dan prinsip memerlukan penguatan strategi pedagogis yang lebih kontekstual dan aplikatif agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik tingkat madrasah tsanawiyah.

Sementara itu, mata pelajaran berbasis keterampilan, seni, dan budaya, seperti Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, Informatika, Seni Budaya, serta Bahasa Sunda, menunjukkan kecenderungan peningkatan capaian yang signifikan. Bahasa Sunda dan Seni Budaya mencatat rata-rata nilai tertinggi secara keseluruhan, yang merefleksikan tingginya keterlibatan siswa dalam pembelajaran kontekstual, ekspresif, dan berbasis pengalaman langsung. Keunggulan ini mengindikasikan bahwa pendekatan pembelajaran yang dekat dengan realitas budaya dan aktivitas kreatif siswa memiliki kontribusi positif terhadap pencapaian hasil belajar.

Secara keseluruhan, variasi rata-rata nilai ASAS antar mata pelajaran menunjukkan bahwa capaian hasil belajar siswa Kelas VII MTs Muslimin Bojongpicung tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat kesulitan materi, tetapi juga oleh karakteristik kompetensi, pendekatan pembelajaran, serta bentuk asesmen yang diterapkan. Temuan ini memperkuat pentingnya diferensiasi strategi pembelajaran dan asesmen agar selaras dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran, sehingga kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan secara lebih merata dan berkelanjutan.

Grafik Rata-rata Nilai Asesmen Sumatif Akhir Semester Ganjil Kelas VIII

Berdasarkan grafik rata-rata nilai Asesmen Sumatif Akhir Semester (ASAS) Semester Ganjil Tahun Ajaran 2025–2026 Kelas VIII MTs Muslimin Bojongpicung, terlihat bahwa capaian hasil belajar peserta didik berada pada rentang nilai 79,45 hingga 87,48. Rentang nilai tersebut menunjukkan bahwa secara umum hasil belajar siswa berada pada kategori baik hingga sangat baik, dengan tingkat pemerataan capaian yang relatif stabil antar mata pelajaran. Tidak terdapat mata pelajaran dengan nilai rata-rata yang berada di bawah batas ketuntasan minimal, yang mengindikasikan bahwa proses pembelajaran dan asesmen telah berjalan secara efektif dan terkontrol.

Pada kelompok mata pelajaran keagamaan, yaitu Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab, capaian nilai menunjukkan kecenderungan positif dengan variasi yang tidak terlalu tajam. Akidah Akhlak dan Sejarah Kebudayaan Islam menampilkan rata-rata nilai yang relatif tinggi, yang dapat diinterpretasikan sebagai keberhasilan pembelajaran berbasis nilai, keteladanan, dan narasi historis. Sementara itu, Bahasa Arab dan Al-Qur’an Hadits menunjukkan rata-rata yang sedikit lebih rendah dibandingkan mata pelajaran keagamaan lainnya, yang mengindikasikan adanya tantangan pada aspek kebahasaan dan keterampilan analitis-teks, khususnya pada tingkat kelas VIII yang mulai menuntut pemahaman struktur dan makna yang lebih mendalam.

Pada mata pelajaran umum inti, capaian hasil belajar menunjukkan dinamika yang cukup menarik. Pendidikan Pancasila mencatat rata-rata nilai tertinggi secara keseluruhan, yang mengindikasikan bahwa penguatan nilai kebangsaan dan pembelajaran kontekstual berbasis kehidupan sosial siswa mampu meningkatkan keterlibatan dan pemahaman peserta didik. Bahasa Indonesia dan Matematika berada pada kategori baik dan stabil, mencerminkan kemampuan literasi dan numerasi siswa yang relatif terjaga. Sementara itu, IPA dan IPS menunjukkan capaian yang cukup tinggi dan seimbang, yang menandakan bahwa pembelajaran berbasis konsep, penalaran, dan analisis sosial-ilmiah telah berjalan secara cukup efektif di tingkat kelas VIII.

Pada mata pelajaran Bahasa Inggris, rata-rata nilai berada pada kategori baik dengan kecenderungan stabil, yang menunjukkan adanya progres kemampuan bahasa asing siswa, meskipun masih memerlukan penguatan pada aspek keterampilan komunikatif dan pemahaman teks. Adapun mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan serta Informatika menunjukkan rata-rata nilai yang relatif lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lain, meskipun masih berada dalam kategori tuntas. Kondisi ini dapat diinterpretasikan sebagai perlunya penyesuaian antara pendekatan praktik, penilaian kognitif, dan karakteristik asesmen berbasis keterampilan.

Sementara itu, mata pelajaran Seni Budaya dan Bahasa Sunda kembali menunjukkan capaian yang tinggi, dengan Seni Budaya mencatat salah satu rata-rata nilai tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran berbasis kreativitas, ekspresi, dan budaya lokal memiliki daya tarik yang kuat bagi peserta didik kelas VIII. Keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran kontekstual dan aplikatif tampak berkontribusi signifikan terhadap peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran tersebut.

Secara keseluruhan, capaian rata-rata nilai ASAS Kelas VIII MTs Muslimin Bojongpicung menunjukkan kualitas hasil belajar yang baik dan relatif merata antar mata pelajaran. Variasi capaian yang muncul lebih mencerminkan perbedaan karakteristik kompetensi dan pendekatan pembelajaran dibandingkan dengan adanya kesenjangan kemampuan siswa. Temuan ini menegaskan pentingnya strategi pembelajaran diferensiatif dan kontekstual agar setiap mata pelajaran dapat dioptimalkan sesuai dengan karakteristik materi dan kebutuhan perkembangan peserta didik.

Grafik Rata-rata Nilai Asesmen Sumatif Akhir Semester Ganjil Kelas IX

Berdasarkan grafik rata-rata nilai Asesmen Sumatif Akhir Semester (ASAS) Semester Ganjil Tahun Ajaran 2025–2026 Kelas IX MTs Muslimin Bojongpicung, tampak bahwa capaian hasil belajar siswa berada pada rentang nilai 82,24 hingga 90,61. Rentang nilai tersebut menunjukkan bahwa secara umum hasil belajar peserta didik kelas IX berada pada kategori baik hingga sangat baik, dengan kecenderungan capaian yang lebih tinggi dibandingkan kelas VII dan VIII. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai dampak dari kematangan akademik siswa kelas akhir serta kesiapan belajar yang lebih optimal dalam menghadapi tuntutan evaluasi sumatif.

Pada kelompok mata pelajaran keagamaan, yakni Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab, capaian nilai relatif tinggi dan stabil. Sebagian besar mata pelajaran dalam kelompok ini berada pada kisaran nilai di atas 88, yang menunjukkan penguasaan materi yang cukup mendalam. Namun demikian, Fikih menunjukkan rata-rata yang relatif lebih rendah dibandingkan mata pelajaran keagamaan lainnya, meskipun masih berada pada kategori baik. Kondisi ini mengindikasikan bahwa materi Fikih di kelas IX yang bersifat aplikatif dan problematis memerlukan kemampuan analisis yang lebih kompleks dari peserta didik.

Pada mata pelajaran umum inti, dinamika capaian hasil belajar menunjukkan variasi yang lebih jelas. Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam berada pada kisaran nilai yang tinggi dan stabil, mencerminkan kemampuan literasi, numerasi, serta penalaran ilmiah siswa yang telah berkembang dengan baik. Ilmu Pengetahuan Sosial juga menunjukkan capaian yang cukup kuat, meskipun terdapat fluktuasi yang mengindikasikan perbedaan tingkat penguasaan materi antar kompetensi dasar. Secara keseluruhan, capaian pada kelompok mata pelajaran ini mencerminkan kesiapan akademik siswa kelas IX dalam menghadapi jenjang pendidikan berikutnya.

Pada mata pelajaran Bahasa Inggris, rata-rata nilai berada pada kategori baik dengan kecenderungan fluktuatif. Hal ini dapat dimaknai sebagai indikasi bahwa penguasaan bahasa asing pada siswa kelas IX telah berkembang, namun masih dipengaruhi oleh kompleksitas materi, khususnya pada aspek pemahaman teks dan struktur bahasa. Sementara itu, mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan serta Informatika menunjukkan capaian yang relatif lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lain, meskipun tetap berada dalam kategori tuntas. Temuan ini mengindikasikan perlunya penyesuaian strategi asesmen agar mampu merepresentasikan kompetensi praktik dan keterampilan secara lebih komprehensif.

Pada kelompok mata pelajaran seni dan budaya, Seni Budaya dan Bahasa Sunda menunjukkan capaian yang sangat baik, dengan Seni Budaya mencatat rata-rata nilai tertinggi secara keseluruhan. Tingginya capaian pada mata pelajaran ini mencerminkan keberhasilan pembelajaran berbasis kreativitas, ekspresi, dan penguatan identitas budaya lokal. Bahasa Sunda juga menunjukkan capaian yang kuat, yang menandakan bahwa pembelajaran berbasis konteks lokal dan kedekatan emosional siswa terhadap materi berkontribusi positif terhadap hasil belajar.

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata nilai ASAS siswa MTs Muslimin Bojongpicung berada pada kategori baik hingga sangat baik di seluruh jenjang kelas. Pada Kelas VII, nilai rata-rata berada pada rentang 76,51–87,78, dengan capaian tertinggi pada mata pelajaran Bahasa Sunda dan Seni Budaya, serta capaian relatif lebih rendah pada Pendidikan Pancasila dan PJOK. Pola ini menunjukkan bahwa mata pelajaran berbasis kontekstual dan budaya lokal cenderung menghasilkan capaian yang lebih tinggi dibandingkan mata pelajaran yang menuntut pemahaman konseptual abstrak.

Pada Kelas VIII, rentang nilai meningkat menjadi 79,45–87,48. Pendidikan Pancasila mencatat capaian tertinggi, diikuti oleh Seni Budaya dan IPS. Sementara itu, PJOK dan Informatika menunjukkan rata-rata nilai yang relatif lebih rendah, meskipun tetap berada pada kategori tuntas. Secara umum, hasil ini menunjukkan peningkatan stabilitas capaian akademik dibandingkan Kelas VII.

Adapun pada Kelas IX, capaian rata-rata nilai ASAS menunjukkan peningkatan yang lebih signifikan dengan rentang 82,24–90,61. Mayoritas mata pelajaran berada pada kategori sangat baik, dengan Seni Budaya mencatat capaian tertinggi. Variasi nilai antar mata pelajaran relatif kecil, yang menandakan tingkat pemerataan capaian akademik yang lebih baik pada jenjang kelas akhir.

Capaian hasil belajar yang cenderung meningkat dari Kelas VII hingga Kelas IX mengindikasikan adanya perkembangan kematangan akademik peserta didik seiring bertambahnya jenjang pendidikan. Siswa kelas IX menunjukkan kesiapan kognitif yang lebih baik dalam menghadapi asesmen sumatif, yang tercermin dari stabilitas dan tingginya rata-rata nilai hampir di seluruh mata pelajaran.

Tingginya capaian pada mata pelajaran Seni Budaya dan Bahasa Sunda secara konsisten di seluruh jenjang menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis kontekstual, ekspresif, dan budaya lokal memiliki daya tarik dan efektivitas yang tinggi dalam meningkatkan keterlibatan serta hasil belajar siswa. Sebaliknya, mata pelajaran dengan karakteristik konseptual dan abstrak, seperti Pendidikan Pancasila, IPA, serta Bahasa Arab, cenderung menunjukkan capaian yang lebih fluktuatif, terutama pada kelas awal, yang menandakan perlunya penguatan pendekatan pedagogis yang lebih aplikatif dan kontekstual.

Hasil analisis ini juga mengindikasikan bahwa variasi capaian hasil belajar antar mata pelajaran tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuan siswa, melainkan dipengaruhi oleh karakteristik kompetensi, strategi pembelajaran, dan bentuk asesmen yang diterapkan. Dengan demikian, diferensiasi pendekatan pembelajaran dan asesmen menjadi aspek penting dalam upaya pemerataan mutu pendidikan di madrasah.

Secara keseluruhan, capaian rata-rata nilai ASAS Kelas IX MTs Muslimin Bojongpicung menunjukkan kualitas hasil belajar yang sangat baik dan relatif konsisten antar mata pelajaran. Variasi capaian yang muncul lebih merefleksikan perbedaan karakteristik materi dan tuntutan kompetensi, bukan kesenjangan kemampuan siswa. Temuan ini menegaskan bahwa proses pembelajaran di kelas IX telah berjalan secara efektif dan adaptif, serta mampu memfasilitasi kesiapan akademik siswa dalam menghadapi transisi ke jenjang pendidikan menengah selanjutnya.

Semoga bermanfaat. Salam literasi.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)