Perangkat Pembelajaran Deep Learning dan KBC Al-Qur'an Hadits Fase D Kelas 9

Admin
Oleh -
0

Admin - Dalam era transformasi pendidikan saat ini, madrasah dituntut tidak hanya mencetak peserta didik yang cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia, berkarakter Qur’ani, dan memiliki semangat cinta terhadap ilmu, lingkungan, sesama, serta tanah air. Salah satu langkah strategis menuju tujuan tersebut adalah melalui pengembangan perangkat pembelajaran berbasis deep learning — pembelajaran mendalam yang menekankan pemahaman, penghayatan, dan penerapan nilai-nilai dalam kehidupan nyata.

Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits Fase D Kelas 9 menjadi fondasi utama dalam pembentukan spiritualitas dan karakter peserta didik di madrasah. Oleh karena itu, penyusunan perangkat pembelajaran ini berlandaskan KMA 450 Tahun 2024, berpadu dengan nilai-nilai Panca Cinta Kurikulum Berbasis Cinta, sehingga menciptakan pembelajaran yang tidak hanya kognitif, tetapi juga afektif dan transformatif.


Konsep Deep Learning dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Pendekatan Deep Learning menekankan pembelajaran yang bermakna — bukan sekadar mengetahui, tetapi memahami dan menginternalisasi ajaran Al-Qur’an serta Hadits. Dalam konteks ini, peserta didik tidak hanya mampu membaca dan menghafal ayat atau hadis, melainkan juga menyadari relevansi maknanya dengan kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran diarahkan agar siswa:

  • Mengaitkan teks ayat dan hadis dengan konteks sosial, budaya, dan spiritual di sekitarnya.
  • Menemukan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan cinta kasih dalam pesan wahyu.
  • Mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam perilaku nyata, seperti kejujuran, kepedulian, dan optimisme.

Melalui model pembelajaran ini, guru berperan sebagai fasilitator dan inspirator, bukan hanya penyampai materi, tetapi juga pendamping dalam perjalanan spiritual peserta didik menuju akhlak karimah.


Elaborasi Capaian Pembelajaran (CP) Al-Qur’an Hadits Fase D

1. Elemen Tajwid: Membaca dengan Cinta dan Ketelitian

Pada akhir Fase D, peserta didik diharapkan mampu memahami hukum bacaan mad thabi’imad far’i, dan bacaan gharib, sehingga terbiasa membaca Al-Qur’an dengan tartil dan penuh penghormatan terhadap kalam Ilahi.
Pembelajaran tajwid diorientasikan bukan hanya pada ketepatan teknis, tetapi juga pada penanaman rasa cinta terhadap Al-Qur’an sebagai sumber cahaya kehidupan.

Melalui latihan rutin, simulasi membaca, dan refleksi spiritual, peserta didik menyadari bahwa setiap panjang-pendek dan intonasi bacaan memiliki nilai estetika sekaligus etika. Keterampilan membaca ini membangun kedisiplinan, kehati-hatian, dan penghormatan terhadap firman Allah — karakter penting bagi generasi Qur’ani.


2. Elemen Al-Qur’an: Menggali Makna Ayat secara Tekstual dan Kontekstual

Peserta didik mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an tentang kekuasaan dan rahmat Allahsifat pemurahoptimisme dan kesabaraninfak di jalan Allah, serta pandangan terhadap dunia dan akhirat.

Pendekatan deep learning mengajak siswa untuk tidak berhenti pada terjemah, tetapi melangkah lebih jauh:

  • Menghubungkan makna ayat dengan realitas kehidupan modern.
  • Mengidentifikasi relevansinya terhadap persoalan sosial seperti kemiskinan, lingkungan, dan moralitas.
  • Menumbuhkan kesadaran bahwa setiap ayat adalah petunjuk cinta dan bimbingan Allah untuk kehidupan harmonis.

Melalui penghayatan ini, peserta didik belajar menjadi pribadi optimis, sabar, jujur, dermawan, dan peduli terhadap masyarakat serta lingkungan.


3. Elemen Hadis: Meneladani Sunnah sebagai Jalan Cinta

Pada elemen hadis, peserta didik memahami makna sabda Nabi saw. tentang rahmat Allah, kesabaran, infak, kejujuran, dan kehidupan akhirat.
Pembelajaran diarahkan pada pemahaman tekstual dan kontekstual, agar siswa mampu mengaitkan hadis dengan fenomena masa kini.

Misalnya, hadis tentang kejujuran dijadikan refleksi terhadap budaya digital yang rawan hoaks; hadis tentang sedekah menjadi inspirasi membangun empati sosial di lingkungan sekolah.
Dengan demikian, peserta didik tidak hanya memahami hadis sebagai teks, tetapi juga menjadikannya panduan moral dan spiritual dalam setiap tindakan.


Integrasi Panca Cinta dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Perangkat pembelajaran ini diperkaya dengan Panca Cinta — lima pilar kurikulum berbasis cinta yang menjadi ciri khas pendidikan madrasah berkarakter rahmatan lil ‘alamin.

1. Cinta Allah Swt. dan Rasul-Nya

Pembelajaran Al-Qur’an Hadits diarahkan agar peserta didik mengenal Allah melalui sifat-sifat-Nya yang penuh cinta dan kasih sayang.
Mereka diajak memahami keseimbangan sifat jamaliyah (keindahan) dan jalaliyah (ketegasan) Allah, sehingga tumbuh citra positif bahwa Allah bukan hanya Maha Menghukum, tetapi juga Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Aktivitas pembelajaran dapat berupa:

  • Tadabbur ayat yang menampilkan rahmat dan keindahan ciptaan Allah.
  • Kajian kisah Rasulullah saw. yang penuh cinta kasih dan keadilan.
  • Pembiasaan ibadah harian seperti salat, zikir, dan membaca Al-Qur’an dengan penuh rasa syukur.

Melalui pendekatan ini, peserta didik menyadari bahwa ibadah bukan beban, tetapi ekspresi cinta kepada Sang Pencipta.


2. Cinta Ilmu

Cinta ilmu adalah ruh dalam setiap pembelajaran. Peserta didik diarahkan untuk memahami bahwa ilmu adalah jalan mengenal Allah dan sarana mewujudkan kemaslahatan.

Dalam konteks Al-Qur’an Hadits, peserta didik belajar bahwa menuntut ilmu adalah ibadah. Mereka diajak mengembangkan sikap ilmiah — tekun, tawakal, yakin, dan bersyukur — serta menjadikan ilmu sebagai sarana perubahan sosial.

Aktivitas pembelajaran berbasis proyek dapat dilakukan dengan meneliti makna ayat-ayat ilmu, alam, dan sejarah. Dengan begitu, madrasah menjadi tempat lahirnya pembelajar sepanjang hayat yang mencintai ilmu, menghargai guru, serta memanfaatkan teknologi secara bijak.


3. Cinta Lingkungan

Alam semesta adalah manifestasi cinta dan kebesaran Allah. Oleh sebab itu, peserta didik diajak untuk memahami ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kebesaran Allah di alam) agar tumbuh kesadaran ekologis dan sikap rahmah terhadap lingkungan.

Ayat-ayat tentang larangan fasad (kerusakan) seperti QS. Al-A’raf: 56 dan QS. Ar-Rum: 41 menjadi dasar etika ekologis Islam.
Melalui pembelajaran Al-Qur’an Hadits, peserta didik dapat melakukan praktik sederhana: menjaga kebersihan kelas, menanam pohon, dan menghemat energi sebagai wujud ibadah ekologis.

Dengan demikian, mereka memahami bahwa mencintai lingkungan sama artinya dengan mencintai Allah, Sang Pencipta alam.


4. Cinta Diri dan Sesama Manusia

Islam mengajarkan bahwa mengenal diri adalah jalan mengenal Tuhan. Dalam pembelajaran ini, peserta didik diajak mengenal potensi dirinya sebagai anugerah Ilahi, serta belajar mengelola emosi, menghargai perbedaan, dan menumbuhkan empati terhadap sesama.

Melalui refleksi hadis dan kisah Nabi, siswa belajar bahwa kasih sayang, kejujuran, dan tolong-menolong adalah wujud cinta sejati.
Mereka juga dididik untuk menjauhi sifat tercela seperti iri, sombong, ghibah, dan fitnah yang dapat merusak hubungan sosial.

Dengan integrasi pendidikan sosial-emosional, madrasah menjadi ruang tumbuhnya generasi yang penuh kasih, berempati, dan berakhlakul karimah.


5. Cinta Tanah Air

Cinta tanah air adalah bagian dari iman. Dalam konteks pembelajaran Al-Qur’an Hadits, peserta didik dikenalkan pada ayat dan hadis yang menumbuhkan semangat kebangsaan, toleransi, dan tanggung jawab sosial.

Nilai-nilai ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan) dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan) ditekankan sebagai bentuk cinta terhadap bangsa dan negara.
Melalui kegiatan kolaboratif seperti bakti sosial, proyek kebersihan lingkungan, atau peringatan hari besar nasional, siswa belajar bahwa mencintai Indonesia adalah bagian dari pengamalan iman.


Tujuan dan Manfaat

Penyusunan perangkat pembelajaran ini bertujuan untuk:

  1. Menjadi pedoman lengkap dalam merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
  2. Menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadits melalui pengalaman belajar nyata.
  3. Membentuk peserta didik yang berkembang dalam 8 Dimensi Profil Lulusanmeliputi keimanan, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi

Manfaatnya antara lain:

  • Guru memiliki referensi lengkap untuk menyusun modul ajar.
  • Peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang holistik.
  • Madrasah memperkuat identitasnya sebagai lembaga pembentuk generasi Qur’ani yang berkarakter cinta.


Kesimpulan

Perangkat Pembelajaran Deep Learning Al-Qur’an Hadits Fase D Kelas 9 ini menjadi sarana penting dalam mewujudkan peserta didik yang berkarakter, bernalar kritis, dan berakhlak Qur’ani.

Dengan berpijak pada 8 Dimensi Profil Lulusan — Keimanan, Kewargaan, Penalaran Kritis, Kreativitas, Kolaborasi, Kemandirian, Kesehatan, dan Komunikasi — pembelajaran di madrasah diharapkan menjadi lebih hidup, relevan, dan berorientasi pada pembentukan insan beriman yang berdaya guna bagi bangsa dan umat.


📥 Unduh Perangkat Lengkap di bawah ini:

  • Capaian Pembelajaran (Unduh)
  • Alur Tujuan Pembelajaran (Unduh)
  • Kriteria Ketuntasan Tujuan Pembelajaran (Unduh)
  • Lembar Kerja Peserta Didik (Unduh)


Semoga bermanfaat.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)