Perangkat Pembelajaran Deep Learning dan KBC Akidah Akhlak Fase D Kelas 8

Admin
Oleh -
0

Admin - Dalam era pendidikan abad ke-21, madrasah tidak lagi cukup hanya menjadi tempat transfer ilmu pengetahuan, melainkan juga pusat pembentukan karakter, spiritualitas, dan moralitas peserta didik. Sebagai bagian integral dari pendidikan Islam, mata pelajaran Akidah Akhlak Fase D Kelas 8 memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai keimanan, keikhlasan, dan akhlak mulia di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.

Penerapan pendekatan deep learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak menjadi langkah inovatif yang memperdalam makna belajar. Peserta didik tidak hanya memahami konsep secara teoritis, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilainya dalam perilaku nyata. Dengan berpijak pada KMA 450 Tahun 2024, perangkat pembelajaran ini disusun sejalan dengan semangat Panca Cinta serta berorientasi pada penguatan 8 Dimensi Profil Lulusan: keimanan, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi.


Konsep Deep Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak

Deep Learning dalam konteks Akidah Akhlak berarti belajar secara mendalam — tidak sekadar menghafal dalil atau definisi, tetapi memahami, menghayati, dan menerapkan ajaran akidah dan akhlak dalam perilaku sehari-hari.

Melalui proses reflektif dan kolaboratif, peserta didik diajak:

  • Mengaitkan nilai-nilai akhlak Qur’ani dengan pergaulan sosial dan budaya digital.
  • Meneladani kisah para nabi, rasul, dan sahabat sebagai sumber inspirasi moral.

Guru berperan sebagai pembimbing spiritual — bukan hanya pengajar, tetapi juga teladan yang menumbuhkan keimanan dan kecintaan terhadap nilai-nilai Islam.


Elaborasi Capaian Pembelajaran (CP) Akidah Akhlak Fase D

1. Elemen Akidah: Memperkuat Keyakinan dengan Pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah

Pada akhir Fase D, peserta didik mampu memahami dan meyakini pokok-pokok akidah Islam berdasarkan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Materi yang dipelajari mencakup rukun iman, sifat-sifat Allah Swt., dan al-Asma’ al-Husna.

Melalui pendekatan deep learning, pembelajaran difokuskan pada:

  • Pemaknaan mendalam terhadap sifat-sifat Allah Swt. melalui tadabbur ayat dan refleksi pribadi.
  • Kegiatan eksploratif, seperti diskusi makna iman terhadap malaikat, rasul, dan hari akhir dengan fenomena kehidupan nyata.
  • Proyek mini tentang penerapan nilai-nilai keimanan dalam keseharian — misalnya, “Hari Tanpa Mengeluh” sebagai latihan yakin dan sabar atas takdir Allah.

Dengan demikian, akidah tidak hanya dipahami sebagai teori, tetapi menjadi energi spiritual yang menggerakkan peserta didik untuk hidup lurus, tenang, dan berprinsip.


2. Elemen Akhlak: Meneladani Akhlak Mahmudah dan Menghindari Akhlak Madzmumah

Peserta didik diarahkan untuk mengenali dan membiasakan akhlak terpuji (mahmudah) seperti jujur, sabar, amanah, dan tawakal, serta menjauhi akhlak tercela (madzmumah) seperti sombong, iri, ghibah, dan dengki.

Pendekatan deep learning diwujudkan melalui:

  • Refleksi diri dan jurnal akhlak, di mana siswa menulis perilaku baik yang telah mereka lakukan setiap minggu.
  • Diskusi kontekstual tentang tantangan akhlak di era media sosial.
  • Proyek kolaboratif seperti “Gerakan Akhlak Mulia” di lingkungan madrasah.

Tujuannya agar siswa tidak hanya mengenal akhlak dalam teori, tetapi juga menjadikannya kebiasaan dan karakter hidup sehari-hari.


3. Elemen Adab: Membangun Hubungan Harmonis dengan Allah, Sesama, dan Alam

Pada elemen ini, peserta didik belajar adab kepada Allah (ḥablum minallāh)adab kepada sesama manusia (ḥablum minannās), serta adab kepada makhluk lainnya.

Kegiatan pembelajaran dapat berupa:

  • Tadabbur makna syukur dan ikhlas dalam ibadah.
  • Simulasi sopan santun dalam berkomunikasi dan bekerja sama.
  • Proyek kepedulian lingkungan sebagai bentuk adab terhadap ciptaan Allah.

Deep learning menjadikan adab sebagai refleksi spiritual yang menumbuhkan kesadaran ekologis, empati sosial, dan kedisiplinan ibadah.

4. Elemen Kisah Keteladanan: Menghidupkan Nilai-nilai dari Kisah Para Nabi dan Sahabat

Kisah keteladanan merupakan elemen yang sangat efektif dalam menanamkan nilai. Peserta didik diajak memahami dan mengambil ibrah dari kisah para nabi, rasul, dan sahabat.

Contohnya:

  • Keteguhan iman Nabi Ibrahim menjadi inspirasi keberanian moral.
  • Kejujuran Abu Bakar as-Siddiq menjadi teladan kepercayaan diri dan integritas.
  • Kedermawanan Utsman bin Affan mengajarkan pentingnya memberi tanpa pamrih.

Kegiatan seperti role play, storytelling, dan proyek kreatif (poster, vlog keteladanan, atau podcast akhlak) membuat pembelajaran lebih hidup dan bermakna.


Integrasi Panca Cinta dalam Pembelajaran Akidah Akhlak

Perangkat pembelajaran ini diperkaya dengan Panca Cinta — lima pilar kurikulum berbasis cinta yang menjadi ciri khas pendidikan madrasah berkarakter dimensi profil lulusan.

1. Cinta Allah Swt. dan Rasul-Nya

Pembelajaran Akidah Akhlak diarahkan agar peserta didik mengenal Allah melalui sifat-sifat-Nya yang penuh cinta dan kasih sayang.

Mereka diajak memahami keseimbangan sifat jamaliyah (keindahan) dan jalaliyah (ketegasan) Allah, sehingga tumbuh citra positif bahwa Allah bukan hanya Maha Menghukum, tetapi juga Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Aktivitas pembelajaran dapat berupa:

  • Kajian kisah Rasulullah saw. yang penuh keteladanan dan kasih sayang.

Melalui pendekatan ini, peserta didik menyadari bahwa ibadah adalah ekspresi cinta kepada Sang Pencipta.


Cinta ilmu adalah ruh dalam setiap pembelajaran. Peserta didik diarahkan untuk memahami bahwa ilmu adalah jalan mengenal Allah dan sarana mewujudkan kemaslahatan.

Dalam konteks Akidah Akhlak, peserta didik belajar bahwa menuntut ilmu adalah bagian dari iman. Mereka diajak mengembangkan sikap ilmiah — tekun, rendah hati, dan penuh rasa syukur — serta menjadikan ilmu sebagai sarana perubahan sosial.

Aktivitas pembelajaran berbasis proyek dapat dilakukan dengan meneliti kisah ulama teladan, menulis refleksi nilai akhlak, atau membuat vlog edukatif bertema iman dan moralitas.

Dengan begitu, madrasah menjadi tempat lahirnya pembelajar sepanjang hayat yang mencintai ilmu, menghargai guru, dan memanfaatkan pengetahuan untuk kebaikan.


3. Cinta Lingkungan

Alam adalah manifestasi cinta dan kebesaran Allah. Oleh sebab itu, peserta didik diajak memahami bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari iman.

Ayat-ayat tentang larangan fasad (kerusakan) menjadi dasar etika ekologis Islam.
Melalui pembelajaran Akidah Akhlak, peserta didik dapat melakukan praktik sederhana seperti menjaga kebersihan, menanam pohon, dan menghemat energi sebagai wujud ibadah ekologis.

Dengan demikian, mereka memahami bahwa mencintai lingkungan berarti mencintai Allah, Sang Pencipta alam.


4. Cinta Diri dan Sesama Manusia

Islam mengajarkan bahwa mengenal diri adalah jalan mengenal Tuhan. Dalam pembelajaran ini, peserta didik diajak mengenal potensi dirinya sebagai anugerah Ilahi, serta belajar mengelola emosi, menghargai perbedaan, dan menumbuhkan empati terhadap sesama.

Melalui refleksi kisah Nabi dan sahabat, siswa belajar bahwa kasih sayang, kejujuran, dan tolong-menolong adalah wujud cinta sejati.

Mereka juga dididik untuk menjauhi sifat tercela seperti iri, sombong, ghibah, dan fitnah yang dapat merusak hubungan sosial.

Dengan integrasi pendidikan sosial-emosional, madrasah menjadi ruang tumbuhnya generasi berempati dan berakhlakul karimah.


5. Cinta Tanah Air

Cinta tanah air adalah bagian dari iman. Dalam konteks pembelajaran Akidah Akhlak, peserta didik dikenalkan pada nilai-nilai ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan) dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan).

Melalui kegiatan kolaboratif seperti bakti sosial, doa bersama untuk negeri, dan penghormatan terhadap simbol-simbol bangsa, siswa belajar bahwa mencintai Indonesia adalah bentuk pengamalan iman dan akhlak.


Tujuan dan Manfaat

Penyusunan perangkat pembelajaran ini bertujuan untuk:

  1. Menjadi pedoman lengkap dalam merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
  2. Menanamkan nilai-nilai akidah dan akhlak melalui pengalaman belajar nyata.
  3. Membentuk peserta didik yang berkembang dalam 8 Dimensi Profil Lulusanmeliputi keimanan, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi

Manfaatnya antara lain:

  • Guru memiliki referensi lengkap untuk menyusun modul ajar.
  • Peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang holistik.
  • Madrasah memperkuat identitasnya sebagai lembaga pembentuk generasi Qur’ani yang berkarakter cinta.


Kesimpulan

Perangkat Pembelajaran Deep Learning Akidah Akhlak Fase D Kelas 8 ini menjadi sarana penting dalam mewujudkan peserta didik yang beriman kuat, berakhlak mulia, dan berkarakter Qur’ani.

Dengan berpijak pada 8 Dimensi Profil Lulusan — Keimanan, Kewargaan, Penalaran Kritis, Kreativitas, Kolaborasi, Kemandirian, Kesehatan, dan Komunikasi — pembelajaran Akidah Akhlak di madrasah diharapkan menjadi lebih hidup, relevan, dan berorientasi pada pembentukan insan beriman yang berdaya guna bagi bangsa dan umat.


📥 Unduh Perangkat Lengkap di bawah ini:

  • Capaian Pembelajaran (Unduh)
  • Alur Tujuan Pembelajaran (Unduh)
  • Kriteria Ketuntasan Tujuan Pembelajaran (Unduh)
  • Lembar Kerja Peserta Didik (Unduh)


Semoga bermanfaat.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)